Oleh. Hidayaturrahman, S.Pd.Gr
Ketua Komunitas Guru Penggerak
Kota Bima
![]() |
Ketua Komunitas Guru Penggerak Kota Bima Hidayaturrahman, S.Pd.Gr |
Di jantung Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, terletak dua daerah yang saling berdampingan namun memiliki keunikan tersendiri, Bima dan Dompu. Seperti dua saudara dalam satu keluarga besar, keduanya tumbuh dari akar budaya yang sama, namun menempuh perjalanan sejarah dan perkembangan yang masing-masing khas.
Bima dikenal sebagai pusat kebudayaan dan sejarah yang kuat, dengan Kesultanan Bima yang pernah berjaya dan meninggalkan warisan adat, bahasa, dan seni yang masih lestari hingga kini. Bima menjadi jantung pergerakan ekonomi dan pendidikan di wilayah timur NTB, menjadikannya titik penting dalam lalu lintas perdagangan dan pengembangan sumber daya manusia.
Sementara itu, Dompu, dengan alamnya yang subur dan luasnya padang savana, dikenal sebagai lumbung pertanian dan peternakan. Dompu juga menjadi wilayah utama penghasil jagung dan sapi di NTB, sekaligus memiliki potensi wisata alam yang belum banyak tersentuh, seperti Gunung Tambora yang legendaris dan danau kaldera di puncaknya.
Meski kadang muncul rivalitas dalam berbagai bidang seperti olahraga, pembangunan daerah, atau kebijakan politik, namun semangat kekeluargaan dan gotong royong antara masyarakat Bima dan Dompu tetap terjaga. Di saat bencana atau kesulitan melanda, kedua daerah ini saling membantu, menunjukkan bahwa kebersamaan lebih kuat daripada perbedaan.
Kini, dengan tantangan zaman dan peluang pembangunan yang semakin terbuka, Bima dan Dompu memiliki peran strategis dalam membangun NTB bagian timur. Kolaborasi antara pemerintah daerah, tokoh masyarakat, dan generasi muda dari kedua wilayah menjadi kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih sejahtera, adil, dan berkelanjutan.
Bima dan Dompu bukanlah dua wilayah yang harus dibandingkan, melainkan dua bagian dari satu kesatuan yang saling melengkapi. Keduanya lahir dari tanah yang sama "Pulau Sumbawa" dan tumbuh dalam kebudayaan yang penuh nilai, kekeluargaan, serta semangat juang yang tinggi.
Tidak ada yang lebih tinggi, tidak pula yang lebih rendah. Bima dan Dompu adalah ibarat dua sisi mata uang, berbeda tapi tak terpisahkan. Di balik perbedaan bahasa, dialek, maupun corak budaya, terdapat satu benang merah yang menyatukan: rasa saling memiliki sebagai anak Nusa Tenggara Barat.
Dalam setiap langkah pembangunan, baik Dompu maupun Bima berkontribusi besar bagi kemajuan daerah. Kekuatan mereka bukan hanya pada sumber daya alam atau sejarah panjangnya, tetapi pada semangat gotong royong dan tekad untuk maju bersama. Saat satu wilayah tumbuh, yang lain turut mendorong. Ketika satu menghadapi tantangan, yang lain siap menopang.
Hari ini, generasi muda Bima dan Dompu seharusnya tidak lagi terjebak dalam sekat-sekat lama. Mereka bekerja sama, belajar bersama, bahkan membangun usaha dan mimpi bersama. Mereka tahu bahwa masa depan bukan soal siapa yang lebih dahulu atau lebih cepat, tetapi siapa yang bisa bersatu untuk melangkah lebih jauh.
Karena pada akhirnya, Bima dan Dompu bukan dua entitas yang bersaing, tapi dua saudara yang berjalan berdampingan menuju kemajuan yang inklusif, adil, dan menyeluruh untuk seluruh rakyat NTB.
Di tengah gemuruh suara saling klaim dan kebanggaan akan keunggulan masing-masing, mari kita ingat bahwa kehebatan sejati bukan tentang siapa yang lebih unggul, tetapi siapa yang mampu merangkul dalam perbedaan.
Bima dan Dompu, dua wilayah yang sama-sama memiliki sejarah hebat, budaya kaya, dan masyarakat yang tangguh, seharusnya tidak terjebak dalam adu kebesaran. Sebab kebesaran yang sejati adalah saat kita mampu bersatu untuk membangun masa depan bersama.
Tidak ada yang harus saling mengalahkan untuk membuktikan siapa yang lebih berharga. Justru, ketika keunikan Bima dan kekuatan Dompu disatukan, maka akan lahir potensi yang jauh lebih besar dari sekadar kebanggaan daerah. Kita tidak sedang berlomba untuk mengungguli, tetapi sedang berjalan beriring untuk saling menguatkan.
Saat ini adalah waktu yang tepat untuk meletakkan ego dan menyatukan langkah. Generasi muda dari Bima dan Dompu memiliki peran penting untuk meretas jalan baru: jalan kolaborasi, inovasi, dan persatuan. Karena mereka tahu, perpecahan hanya akan melemahkan, tapi persatuan akan membawa kita lebih tinggi.
Mari kita jaga warisan para leluhur: bukan hanya bahasa dan adat, tapi juga semangat persaudaraan. Karena Bima dan Dompu bukan tentang siapa yang lebih dulu atau lebih besar, tetapi tentang bagaimana kita bersama-sama menjaga tanah ini, membangun masyarakatnya, dan menatap masa depan dalam satu semangat: "Dari Sumbawa untuk Indonesia.
MAJA LABO DAHU
NGAHA AINA NGOHO
NGGAHI RAWI PAHU