-->

Notification

×

DLH Kota Bima Ajak Masyarakat Jaga Lingkungan, Teluk Bima Alami Eutrofikasi

12/27/25 | Sabtu, Desember 27, 2025 WIB | 2025-12-27T13:44:35Z

Kota Bima, Beritabima.com – Dalam beberapa minggu terakhir, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bima menerima laporan serta melakukan pantauan langsung terkait kemunculan buih dan gumpalan biomassa berwarna kecokelatan di sejumlah titik perairan Teluk Bima, khususnya di kawasan pesisir Kota Bima–Amahami.

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan yang dilakukan pada Jumat, 26 Desember 2025, serta uji kualitas air laut oleh UPT Laboratorium DLH Kota Bima bersama Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kota Bima, fenomena tersebut disimpulkan terjadi akibat proses eutrofikasi.

Eutrofikasi merupakan proses meningkatnya kandungan mineral dan nutrien di perairan, terutama nitrogen dan fosfor, yang memicu ledakan pertumbuhan fitoplankton atau alga (algal blooming). Fitoplankton yang berkembang pesat kemudian mati dan membentuk lapisan biomassa menyerupai gel atau buih berwarna kecokelatan di permukaan air laut.

Hasil uji laboratorium menunjukkan sejumlah parameter kualitas air laut telah melampaui baku mutu sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 22 Tahun 2021. Parameter tersebut meliputi nitrat, amonia, fosfat, dissolved oxygen (DO), biological oxygen demand (BOD), serta total coliform. Kondisi ini berkaitan erat dengan tingginya kandungan bahan organik dan nutrien di perairan Teluk Bima.

DLH Kota Bima mengidentifikasi bahwa sumber utama peningkatan nutrien berasal dari berbagai aktivitas di daratan dan wilayah pesisir. Di antaranya limpasan air permukaan dari kawasan permukiman, pertanian, peternakan, serta aktivitas ekonomi yang bermuara ke Teluk Bima. Selain itu, kondisi hutan di wilayah hulu yang mengalami degradasi akibat pembukaan lahan pertanian, terutama jagung, turut meningkatkan erosi, sedimen, dan masuknya nutrien ke badan air.

Faktor lain yang berkontribusi adalah penggunaan pupuk kimia secara intensif di sektor pertanian, limbah domestik rumah tangga baik padat maupun cair, aktivitas kandang ternak di bantaran sungai, serta kegiatan perikanan budidaya seperti keramba dan kolam yang menghasilkan sisa pakan dan kotoran.

Akumulasi dari seluruh aktivitas tersebut meningkatkan beban pencemaran organik dan nutrien di Teluk Bima sehingga mempercepat terjadinya eutrofikasi. Kondisi ini semakin diperkuat oleh faktor meteorologi dan hidrodinamika, seperti perairan yang relatif tenang, intensitas sinar matahari yang tinggi, serta ketersediaan nutrien yang melimpah, sehingga memicu ledakan populasi alga atau fitoplankton.

Sebagai langkah penanganan, DLH Kota Bima saat ini melakukan pemantauan berkala di lokasi terdampak, melanjutkan pengujian kualitas air laut secara periodik, berkoordinasi dengan organisasi perangkat daerah terkait dalam pengendalian sumber pencemar, serta melaksanakan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat.

DLH Kota Bima juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk tidak membuang sampah dan limbah ke sungai maupun laut, mengurangi penggunaan pupuk kimia secara berlebihan, tidak mendirikan kandang ternak di bantaran sungai, mengelola limbah domestik dengan baik, serta mendukung rehabilitasi kawasan hulu dan daerah tangkapan air.

Fenomena ini menjadi peringatan bahwa Teluk Bima telah menerima beban pencemaran yang cukup tinggi. Upaya perbaikan tidak dapat dilakukan oleh pemerintah semata, tetapi memerlukan partisipasi aktif seluruh masyarakat. DLH Kota Bima menegaskan komitmennya untuk terus menjaga kualitas lingkungan hidup demi kesehatan masyarakat dan keberlanjutan ekosistem Teluk Bima.(RED

×